Sabtu, 17 Desember 2011

Pendekatan Dalam Desain Pesan Pembelajaran


PENDEKATAN DALAM DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang Masalah
Pada sajian materi terdahulu kita telah banyak membahas materi yang berkenaan dengan desain pesan pembelajaran baik itu berkenaan dengan hakekat desain pesan pembelajaran, teori-teori pembelajaran, teori pembelajaran, maupun landasan desain pesan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran pebelajar belajar berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk orang-orang, alat-alat berupa media dan ide-ide. Dalam proses pembelajaran ini tugas utama pembelajar adalah menciptakan lingkungan-lingkungan tersebut, untuk mendorong pebelajar melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan yang demikian dirancang oleh seorang pembelajar dalam rencana mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa komponen yang terdapat dalam kurikulum, diantaranya adalah tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan pembelajaran dan media, serta evaluasi pembelajaran. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan.
Materi atau isi kurikulum merupakan pesan yang harus diterima oleh pebelajar melalui kegiatan pembelajaran. Pesan harus didesain sedemikian rupa agar dapat menarik dan diterima oleh pebelajar dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu bentuk desain pesan pembelajaran.
Bahan ajar dikembangkan berdasarkan analisis materi/isi pada kurikulum, rencana atau program pembelajaran dan silabus yang telah disusun. Bahan ajar merupakan materi ajar yang disusun secara sistematis, digunakan untuk membantu pembelajar dan pebelajar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar dikembangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan sosial pebelajar.
Dalam proses pembelajaran siswa belajar berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk orang-orang, alat-alat berupa media dan ide-ide. Dalam proses pembelajaran ini tugas utama pembelajar adalah menciptakan lingkungan-lingkungan tersebut, untuk mendorong pebelajar melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan yang demikian dirancang oleh seorang perancang atau pembelajar dalam rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk merancang pesan pembelajaran yang baik, seorang perancang harus memahami mengenai konsep, prinsip-prinsip, dan prosedur pengembangan desain pesan pembelajaran, meliputi teori-teori, model-model, pendekatan-pendekatan desain pesan pembelajaran, dan pengorganisasian materi pembelajaran.
Ada beberapa pendekatan dalam desain pesan pembelajaran, yaitu : pendekatan kronologis, kausal, strukural, logis dan psikologis, spiral, dan hierarkhis. Adapun yang dibahas dalam tulisan ini adalah tiga pendekatan untuk menyusun sekuens bahan ajar yaitu: pendekatan  kronologis, pendekatan kausal, dan pendekatan strukural. Karena pendekatan yang lainnya akan dibahas pada kelompok selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pendekatan kronologis dalam desain pesan pembelajaran?
2.      Bagaimana pendekatan kausal dalam desain pesan pembelajaran?
3.      Bagaimana pendekatan struktural dalam desain pesan pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.         Untuk memahami pendekatan kronologis dalam desain pesan pembelajaran.
2.         Untuk memahami pendekatan kausal dalam desain pesan pembelajaran.
3.         Untuk memahami pendekatan struktural dalam desain pesan pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendekatan Kronologis
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut harus jelas skope dan sekuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan, sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran, dan bisa dikembangkan dalam kelompok kerja guru (KKG) untuk setiap mata pelajaran. (Mulyasa, 2002 :96)
Sebagai pedoman penyusunan sekuensi bahan ajar, Syaodih dalam Mulyasa (2002) berpendapat bahwa untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis.
Penyusunan bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode pembelajaran. Pada waktu perancang atau pembelajar menyusun urutan suatu bahan ajar, juga harus memikirkan strategi pembelajaran mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Rowntree ( 1974 : 93 – 97 ) membagi strategi pembelajaran itu atas exsposition – discovery learning dan groups Individual Learning. Sedangkan Ausebel and Robinson ( 1969 : 43 – 45 ) membaginya atas strategi reception learningDiscovery learning dan Rote – Meaningfull Learning. (Syaodih, 2010 : 107)
1.       Reception / Exposition Learning – Discovery learning
Reception dan exposition sesunguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning dilihat dari siswa sedangkan exposition di lihat dari segi guru. Dalam exposition atau reception learning keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau jadi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengreorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan – kesimpulan. Melalui kegiatan – kegiatan tersebut siswa akan menguasinya, menerapkan, serta menemukan hal – hal yang bermanfaat bagi dirinya.
2.      Rote Learning – Meaningful Learning.
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada pebelajar tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi pebelajar. Pebelajar menguasai bahan ajar dengan menghafalkan. Dalam meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan makna bagi pebelajar. Menurut Ausubel and Robinson ( 1970 : 52 – 53 ) sesuatu bahan ajar bermakna bila dihubungkan dengan struktur kognitif terdiri atas fakta – fakta, data, konsep, proposisi, dalil, hukum dan teori – teori yang telah dikuasai siswa sebelumnya, yang tersusun membentuk suatu struktur dalam pikiran anak. Lebih lanjut Ausubel dan Robinson menekankan bahwa reception discovery  learning dan rote meaningful – reception learning dapat dikombinasikan  satu sama lain sehingga membentuk 4 kombinasi strategi belajar – mengajar, yaitu : a) meaningfull – reception learning, b) rote – reception learning, c) meaningfull – discovery learning, dan d) rote – discovery learning.

B.     Pendekatan Kausal
Menurut Syaodih dalam Mulyasa (2002), Sekuens kausal berhubungan dengan sekuens kronologis. Peserta didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari pada sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu, para peserta didik akan menemukan akibatnya. Menurut Rowntree (1974), sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar dalam bidang meteorologi dan geomorfologi.
Dalam Modern Epidemiology, Rithman dan Greenland mengilustrasikan proses pemahaman terhadap penyebab dengan deskripsi dari seorang anak yang belajar menggerakkan tombol yang menyebabkan lampu menyala. Tetapi apa yang kami ambil sebagai penyebab tergantung pada tingkat dimana kita mencari pemahaman atau konstituensi yang kami perlihatkan. Karena itu: Seorang Ibu yang mengganti bola lampu yang terbakar mungkin akan melihat bahwa tindakannya adalah penyebab dari menyalanya lampu, bukan karena dia menolak fakta bahwa hal tersebut adalah efek dari dipasangnya tombol lampu pada posisi menyala, tetapi karena fokus yang diamatinya berbeda.
Seorang ahli listrik yang mengganti sirkuit yang rusak mungkin akan menyatakan bahwa hal tersebut adalah penyebab dari menyalanya lampu, bukan karena dia menolak fakta pentingnya tombol lampu dan bola lampu, tetapi karena fokus yang diamatinya berbeda.
Seorang ahli kabel yang memperbaiki transformer yang menyebabkan lampu mati mungkin akan menyatakan bahwa penyebab dari menyalanya lampu adalah karena dia membetulkan transformer tersebut.
Seorang agen layanan sosial yang mengatur pembayaran tagihan listrik mungkin akan menganggap bahwa pembayaran tersebut adalah penyebab dari menyalanya lampu, karena jika listrik diputus, maka tombol, sirkuit dan bola lampu akan tidak berarti.
Seorang pegawai perusahaan listrik, pejabat politik menilai bahwa perusahaan, para investor yang memasukkan dana, Bank Pemerintah yang menurunkan tingkat suku bunga, politisi yang memotong pajak, dan penyedia layanan kesehatan yang menyumbangkan pengembangan proses kelahiran yang aman dan kesehatan mungkin akan menganggap bahwa tindakan mereka adalah penyebab dari menyalanya lampu.
Untuk sebab-sebab seperti ini, sumber-sumber utama dalam epidemiologi harus disimpulkan, melalui: mengajukan model-model konseptual (hipotesis konseptual); deduksi dari spesifik, hipotesis operasional; dan menguji hipotesis operasional tersebut.

C.     Pendekatan Struktural
Menurut Syaodih dalam Mulyasa (2002) bahwa bagian-bagian bahan ajar sesuatu bidang studi telah mempunyai struktural tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya, dan pemantulan dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebih dahulu diajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan, pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
Struktur pesan yaitu susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan komunikator.
Ada dua kelompok struktur pesan yang dapat dibuat, yaitu pro-kontra dengan kontra-pro dan satu sisi dengan dua sisi. Dalam struktur pro-kontra, komunikator mendahulukan argumen atau gagasan yang selaras dengan pendapat atau sikap khalayak, selanjutnya gagasan yang bertentangan dengan sikap khalayak disajikan pada bagian akhir pembicaraan. Sebaliknya dalam struktur kontra-pro, komunikator mengawali presentasinya dengan mengemukakan gagasan yang berlawanan, selanjutnya presentasi ditutup dengan argumentasi pro khalayak.
Kemudian struktur satu sisi artinya komunikator hanya menyajikan gagasan pada satu dimensi saja, misalnya aspek baik atau keuntungan saja yang dibicarakan dari pesan tersebut tanpa memperhatikan kerugian yang akan diterima. Sedangkan pada struktur dua sisi, komunikator menyajikan program yang akan dilaksanakan dengan melihat sisi keuntungan dari kerugian secara proporsional.

1.      Gaya Pesan dan Himbauan Pesan
Menggayakan pesan artinya mengolah bahasa demi terciptanya gaya dalam upaya menjelaskan isi pesan demi tercapainya efektivitas komunikasi. Menggayakan pesan bermanfaat untuk: memperoleh perhatian yang lebih besar, mempertinggi pengertian atau pemahaman, membantu pengingatan, dan meningkatkan daya tarik persuasif.
Ada perbedaan prinsip gaya antara komunikasi lisan dan komunikasi tulisan, yaitu gaya tulisan lebih formal dalam struktur dan isi dibandingkan komunikasi lisan, gaya lisan lebih berulang-ulang, dan gaya lisan lebih personal. Ada dua belas prinsip yang dapat digunakan untuk memaksimalkan bahasa, yaitu: (1) Memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu, (2) Menggunakan kata-kata pendek dan menghindari kata-kata yang panjang (3) Menggunakan kata-kata yang konkret, (4) Menggunakan kata-kata secara ekonomis (5) Menggunakan kata-kata positif (6) Menghindari jargon yang sudah usang  (7) Menggunakan gaya percakapan (8) Menyusun kalimat secara ringkas (9) Mengutamakan kalimat aktif (10) Mampu mengembangkan paragraf secara efektif (11) Mengembangkan koherensi dan (12) Berusaha untuk mengedit dan menulis ulang hasil penulisan.
Dalam menggayakan pesan, seorang penulis juga dapat mengatur pola-pola kalimat atau frase dan menggunakan kiasan yang menarik. Untuk pengaturan pola kalimat dapat digunakan teknik-teknik omisi, inversi, suspensi, antitesis, paralelisme, repetisi, dan alitersi. Sedangkan untuk menggunakan kiasan dapat dilakukan dengan cara metafora, tamsil, dan personifikasi.
Himbauan pesan adalah aspek yang digunakan untuk menyentuh (stimulasi) khalayak oleh komunikator dalam menyampaikan pesan, agar khalayak berubah. Ada beberapa jenis himbauan yang digunakan dalam Psikologi Komunikasi, yakni himbauan rasional dan emosional, takut dan ganjaran, dan himbauan motivasional.
Himbauan rasional adalah himbauan didasarkan pada asumsi pokok tentang manusia sebagai makhluk berpikir. Manusia sebagai pribadi rasional, selalu mendasarkan setiap tindakannya pada pertimbangan logika. Sedangkan himbauan emosional artinya pendekatan komunikasi lebih diarahkan pada sentuhan-sentuhan afeksi, seperti marah, suka, benci, dan lain-lain.
Himbauan takut digunakan bila komunikator menghendaki timbulnya kecemasan khalayak dalam menyampaikan pesan. Himbauan ini efektif dalam kadar yang moderat, sedangkan kadar takut yang rendah dan tinggi cenderung tidak berhasil.
Himbauan ganjaran diberikan dengan pendekatan keuntungan yang diperoleh bila khalayak mengikuti perilaku tertentu. Jenis himbauan ini menggunakan asumsi bahwa, makhluk hidup akan mempertahankan perilaku tertentu bila perilaku itu memberikan keuntungan.
Himbauan motivasional didasarkan pada jenis-jenis kebutuhan yang harus dipenuhi manusia. Kebutuhan tersebut menjadi potensi, yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas persuasif.
Menurut piramida kebutuhan dari Maslow, kebutuhan manusia dapat disusun berdasarkan urutan prioritas pemenuhan. Prioritas kebutuhan tersebut adalah; (1) Kebutuhan Dasar, seperti kebutuhan makan, minum, dan udara, (2) Kebutuhan keamanan, (3) Kebutuhan untuk berorganisasi/berkelompok, (4) Kebutuhan akan cinta dan penghargaan, (5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri.

2.      Kode, Isi, dan Perlakuan Pesan
Pengembangan strategi penyusunan pesan dalam perencanaan pesan dan media komunikasi (perencanaan komunikasi) perlu mempertimbangkan kode pesan, isi pesan, dan perlakuan pesan. Perencanaan pesan dalam ketiga aspek tersebut menyangkut unsur-unsur dan strukturnya.
Pengkodean pesan menyangkut pengkodean pesan verbal maupun pesan nonverbal. Pengkodean pesan berarti menuangkan gagasan oleh sumber ke dalam lambang-lambang yang berarti agar dapat ditafsirkan sama oleh penerima sehingga menghasilkan efek perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengkodean pesan harus didasarkan pada kondisi khalayak sasaran yang hendak dituju.
Isi pesan adalah materi atau bahan yang dipilih oleh sumber (komunikator) untuk menyatakan maksudnya. Isi pesan yang disampaikan meliputi informasi-informasi yang disampaikan, kesimpulan-kesimpulan yang diambil, dan pertimbangan-pertimbangan yang diusulkan. Dalam merencanakan isi pesan, kita harus mempertimbangkan jenis komunikasi yang akan dilakukan. Untuk jenis komunikasi informatif, isi pesan harus singkat dan jelas, menggunakan istilah-istilah yang sederhana, menggunakan data kongkret, dan memasukkan bahan-bahan yang menarik perhatian. Untuk jenis komunikasi persuasif, isi pesan harus mengandung unsur-unsur : menarik perhatian, meyakinkan, dan menyentuh atau menggerakkan.
Perlakuan atau pengolahan pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber dalam memilih dan menyusun kode-kode dan isi pesan. Pengolahan pesan merujuk pada keputusan-keputusan mengenai cara-cara yang akan ditempuh datang menyampaikan pesan.

3.      Sistematika Penyusunan Pesan
Hasil-hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa penyajian pesan yang tersusun lebih efektif daripada penyajian pesan yang tidak tersusun. Cara-cara penyusunan pesan dalam suatu kegiatan komunikasi pertama-tama dibahas dalam retorika dengan mengikuti pola-pola yang disarankan oleh Aristoteles, yakni pengorganisasian pesan: deduktif, indukrtif, kronologis, spasial, dan topikal. Selain itu, penyusunan pesan juga dapat dilakukan secara psikologis mengikuti sistem berpikir


manusia, yang disebut oleh Alan H. Monroe sebagai motivated sequence (urutan bermotif).
Hollingsworth menyarankan tugas-tugas dalam penyusunan pesan meliputi: perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengarahan. Raymond S. Ross menyarankan: perhatian, kebutuhan, rencana, keberatan, penegasan kembali, dan tindakan. Hovland, Jenis, dan Kelly menyarankan: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Miller dan Dollard menyarankan: dorongan, responsif, dan ganjaran. Alan H. Monroe menyarankan urutan penyusunan pesan terdiri dari: tahap membangkitkan perhatian, tahap membangkitkan kebutuhan, tahap pemuasan, tahap visualisasi, dan tahap tindakan.





















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Desain pesan pembelajaran berbentuk bahan ajar merupakan desain pembelajaran yang berisi pesan berbentuk tulisan yang tersusun secara sistematis dan berurutan. Urutan penyajian (sekuen) materi bahan ajar disampaikan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan untuk menyusun bahan ajar ini diantaranya adalah pendekatan kronologis, pendekatan kausal, dan pendekatan strukural.
Bahan ajar diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Bahan tersusun atas pokok bahasan dan sub pokok bahasan tertentu. Tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut tersusun dalam sekuen (urutan) tertentu.
Dalam menentukan salah satu atau beberapa pendekatan, materi bahan ajar yang akan disampaikan sudah dipahami betul oleh penyusun bahan ajar. Sehingga penyusun mengetahui bagaimana menyusun materi tersebut secara berurutan dan sistematis agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh pengguna bahan ajar.

B.     Saran
Penulis menyadari bahawa tulisan ini masih jauh di bawah sempurna. Untuk perbaikan tulisan ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau rekan mahasiswa peserta perkuliahan desain pesan pembelajaran. 







DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, N. S, 2010. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Kamus 2.0, English-Indonesian and Indonesian-English Dictionary, Copyright ©2006-2007 by Ebta Setiawan




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar